ILMU FALAK

BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Ilmu falak salah satu ilmu yang bisa di anggap langka oleh umat islam indonesia, dan mungkin bahkan dunia. Di pondok pesantrenpun ilmu ini kurang mendapat perhatian, meskipun banyak kiai pesantren yang pakar di bidang ilmu ini, tetapi seolah-olah ilmu ini kurang diperhatikan oleh para santri. Di lembaga-lembaga pendidikan islam seperti Perguruan Tinggi, ilmu ini hanya di pelajari oleh mahasiswa fakultas Syariah. Salah satu faktor kurang diminati ilmu ini adalah kurang tersedianya literatul ilmu falak yang beredar di masyarakat. Selain itu para pelajar indonesia sedikit “alergi” dengan ilmu yang bernuansa matematika. Pembahasan ilmu falak sangat banyak dan luas sebelum kita menginjak kedalam pembahsan yang lebih dalam marilah kita bahas pengertian, sejarah dan perkembangan serta kegunaan ilmu falak.

B.    RUMUSAN MASALAH

1.    Pengertian ilmu falak
2.    Faedah ilmu falak
3.    Ruang lingkup ilmu falak
4.    Sejarah ilmu falak

C.    TUJUAN PENULISAN

1.    Mengetahui pengertian ilmu falak
2.    Mengetahui faedah ilmu falak
3.    Mengetahui ruang lingkup ilmu falak
4.    Mengetahui sejarah ilmu falak


BAB II
PEMBAHASAN


Landasan Teori

Allah SWT telah berulang kali menyinggung fenomena alam dengan firman-firman-Nya dalam al-Qur’an, yang antara lain dalam surat yunus (10) ayat 5 “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan ditetapkannya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengerti”
Ayat-ayat al-Qur’an yang demikian itu sudah semestinya menjadi pendorong bagi manusia, khususnya kaum muslimin, untuk memperhatikan serta mempelajari benda-benda langit agar menambah keyakinan akan kebenaran dan kebesaran kekuasaan Allah SWT, di samping agar dapat di manfaatkan oleh manusia sendiri untuk menata hidup dan kehidupannya sehari-hari.

A.    PENGERTIAN ILMU FALAK

 Menurut bahasa falak artinya orbit atau lintasan benda-benda langit, sehingga ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit khususnya bumi, bulan, dan matahari - pada orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda langit antara satu dengan lainya agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi.

 Ilmu ini disebut dengan ilmu falak, karena ilmu ini mempelajari lintasan benda-benda langit. Ilmu ini disebut juga dengan ilmu hisab, karena ilmu ini menggunakan perhitungan. Ilmu ini disebut pula ilmu rasbd, karena ilmu ini memerlukan pengamatan. Ilmu ini sering juga disebut ilmu  miqat, karena ilmu ini mempelajari tentang batas-batas waktu. Dari keempat istilah diatas, yang populer di masyarakat adalah ilmu falak dan ilmu hisab.

B.    FAEDAH ILMU FALAK
Dengan ilmu falak atau ilmu hisab, orang dapat memastikan kemana arah kiblat bagi suatu tempat dipermukaan bumi. Dengannya pula orang dapat memastikan waktu shalat sudah tiba atau matahari sudah terbenam untuk berbuka puasa.
Dengan demikian ilmu falak atau ilmu hisab dapat menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melakukan ibadah, sehingga ibadahnya lebih khusyu’. Nabi SAW bersabda:
“Sesunguhnya sebaik-baik hamba-hamba allah adalah mereka yang selalu memperhatikan matahari dan bulan untuk mengikat Allah”(HR.Ath-Thabrani)
Ali bin abithalib berkata:
“Barang siapa mempelajari ilmu pengetahuan tentang bintang-bintang, sedangkan ia dari orang-orang yang sudah memahami Al-Quran, niscaya bertambahlah iman dan keyakinannya”.

C.    RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

     Ilmu falak pada garis besarnya ada dua macam, yaitu ‘ilmy dan ‘amaliy.    
     Ilmu falak ‘ilmy adalah ilmu yang mambahas teori dan konsep benda-benda langit, misalnya dari segi asal mula kejadianya, bentuk dan tata himpunannya, jumlah anggotanya, ukuran dan jaraknya, gerak dan gaya tariknya,dan kandungan unsur-unsurnya. Ilmu falak yang demikian in disebut Theoritical Astronomy.
     Sedangkan ilmu falak ‘amaliy adalah ilmu yang melakukan perhitungan untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda-benda langit antara satu dengan yang lainnya. Ilmu falak ‘amaliy ini disebu Practical Astronomy. Ilmu falak ‘amaliy inilah yang oleh masyarakat umum dikenal dengan Ilmu Falak atau Ilmu Hisab.
     Bahasan ilmu falak yang dipelajari dalam islam adalah yang ada kaitannya dengan pelaksanaan ibadah, sehingga pada umumnya ilmu falak ini mempelajari 4 bidang, yaitu:
1)    Arah kiblat dan bayangan arah kiblat
2)    Waktu-waktu shalat
3)    Awal bulan
4)    Gerhana
     Ilmu falak membahas arah kiblat pada dasarnya adalah menghitung besaran sudut yang diapit oleh garis meridian yang melewati suatu tempat yang dihitung arah kiblatnya dengan lingkaran besar yang melewati tempat ybs dan ka’bah, serta menghitung jam berapa matahari itu memotong jalur menuju ka’bah.
     Ilmu falak membahas waktu-waktu shalat pada dasarnya adalah menghitung tenggang waktu antara waktu ketika matahari berada di titik kulminasi atas dengan waktu ketika matahari berkedudukan pada awal waktu-waktu shalat.
      Pembahasan awal bulan dalam ilmu falak adalah menghitung waktu terjadinya ijtima’ (konjugsi), yaitu posisi matahari dan bulan memiliki nilai bujur astronomi yang sama, serta menghitung posisi bulan (hilal) ketika matahari terbenam pada hari terjadinya konjungsi itu.
      Sementara yang dibahas dalam gerhana adalah menghitung waktu terjadinya kontak antara matahari dan bulan, yakni kapan bulan muai menutupi matahari dan lepas darinya pada gerhana matahari, serta kapan pula bulan mulai masuk pada umbra bayangan bumi serta keluar darinya pada gerhana bulan.
      Adapun buku-buku ilmu falak yang berkembang di Indonesia antara lain:
1.    Almanak Hisab Rukyat; oleh Departemen Agama RI.
2.    Arah Kiblat; oleh Saaddoe’ddin Djambek, Jakarta.
3.    Astronomical Algorithms; oleh Jean Meeus.
4.    Badi’atul Misal; oleh Makshum bin Ali, Jombang.
5.    Durusul Falakiyah; oleh Makshum bin Ali, Jombang, dll.


D.    SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU FALAK

Sepanjang sejarah manusia, pandangan manusia terhadap alam semesta (Kosmos) berubah-ubah sesuai dengan tingkat pengetahuan pada tiap-tiap zaman. Dalam melihat perkembangan ilmu falak, diperiodesasikan menjadi ilmu falak sebelum islam, ilmu falak dalam peradaban islam, ilmu falak dalam peradaban Eropa, dan ilmu falak di Indonesia.

1.    Ilmu falak sebelum islam

Waktu dulu manusia pada umumnya memahami seluk beluk alam semesta hanyalah seperti apa yg mereka lihat, bahkan sering di tambah dengan macam-macam tahayul yang bersifat fantastis. Menurut mereka, bumi merupakan pusat alam semesta. Setiap hari, matahari,bulan, dan bintang-bintang dengan sangat tertib mengelilingi bumi.
Sekalipun demikian, ada di antara mereka yang memahami alam raya ini dengan akal rasiaonya. Para ilmuan yang ada pada saat itu, salah satunya adalah: Aristoteles (384-322 SM), dia berpendapat bahwa pusat jagad raya adalah bumi sedangkan bumi dalam keadaan tenang, tidak bergerak dan tidak berputar. Semua gerak benda-benda angkasa mengitari bumi. Lintasan masing-masing benda angkasa berbentuk lingkaran. Sedangkan peristiwa gerhana misalnya tidak lagi di pandang sebagai adanya raksasa penelan bulan, melainkan merupakan peristiwa alam.
Pandangan manusia terhadap jagad raya mulai saat itu umumnya mengikuti pandangan aritoteles yaitu: Geosentris yakni bumi sebagai pusat peredaran benda-benda langit.

2.      ilmu falak dalam peradaban islam

Sekitar tiga ratus tahun setelah wafatnya nabi muahamad saw. Negara-negara islam telah memiliki kebudayaan dan pengetahuan tinggi. Banyak sekali ilmuan muslim bemunculan dengan hasil karyannya yang gemilang.
Pada thn 773 M, seorang pengembara india menyerahkan sebuah buku data astronomis berjudul “Sindbind” atau “Sidbanta” kepada kerajaan islam di Baghdad. Oleh khalifah Abu ja’far al-mansur, di perintahkan agar buku itu di terjemahkan kedalam bahasa arab. Perintah ini di lakukan oleh Muhammad Ibn Ibrahim al-Fazari. Atas usahanya inilah Al-Fazari dikenal sebagai ahli ilmu falak yang pertama di dunia islam.
Di samping itu, Al-khawarismi menemukan bahwa zodiak atau ekliptika itu miring sebesar 23.5 derajat terhadap ekuator, serta memperbaiki data astronomis yang ada pada buku terjemahan sindhind.
Dua buah buku karyanya adalah al-muksbtasbar fihisabil jabrwal muqabalah dan suratul ardl merupakn buku pennting dalam bidang ilmu falak, sehingga banyak di ikuti oleh para ahli ilmu falak berikutnya.
         Selain para tokoh di atas, ulugh bek ahli astronomi asal iskandaria dengan observatoriumnya berhasil menyusun table data astronomi  yang banyak di gunakan pada perkembangan ilmu falak masa-masa selanjutnya.
Hal demikian inilah yang menyebabkan istilah-istilah astronomi yang berkembang sekarang ini banyak menggunakan bahasa arab, misalnya nadir, mintaqotul buruj dan lain sebagainya.
Sekalipun ilmu falak dalam perdaban islam sudah cukup maju, namun yang patut di catat adalah bahwa pandangan terhadp alam masih mengikuti pandangan aritoteles yaitu geosentris .

3.      Ilmu falak dalam peradaban Eropa

    Pada masa Negara-negara islam mencapai kejayaannya, bangsa eropa masih berada pada ketertinggalan, bangsa eropa mulai tertarik pada ilmu pengetahuan seperti yang telah di pelajari orang-orang islam yang sudah demikian tinggi serta penemuan-penemuan di berbagai cabang ilmu pengetahuan, pendapat-pendapat ilmuan muslim mulai di tentang oleh aliran muslim kolot.

Sementara itu, bangsa eropa mulai maju kearah kebudayaan yang kian meninggi. Mereka mempelajari semua peninggalan kebudayaan bangsa arab yang telah runtuh dari kajayaannya mereka mengambil manfaat dari sejarah yang telah di capai bangsa arab mereka menginginkan kebangsaan yang jaya dan pemimpin dunia.

Untuk mencapai tujuan ini antara lain yang di lakukan adalah menterjemahkan buku-buku ilmu falak kedalam bahasa eropa misalnya, buku Almukhtashar fi Hisabil jabrwal muqabalah karya al-khawarijmi di terjemahkan kedalam bahasa latin oleh grard  dari Cremona ilmuan Eropa pada decade ini adalah Galilei Galileo (1564-1642 M), Nicolas Copernikus (143-1543 M) dan lain-lain.

4.      Ilmu Falak Di Indonesia

a.      Ilmu falak pada awal perkembangan di Indonesia

Sejak adanya penanggalan Hindu dan penanggalan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa serta adanya penanggalan Jawa Islam oleh Sultan Agung, sebenarnya bangsa indonesia sudah mengenal ilmu falak.
Kemudian seiring dengan kembalinya para ulama’ muda ke Indonesia dari bermukim di makah pada awal abad 20 M, ilmu falak mulai tumbuh dam berkembang di tanah air ini, mereka mengajarkannya kepada santrinya di Indonesia.
Di antaranya adalah Syeh Abdurahman bin Ahmad al-misri  ulama’ muda yang belajar kepadanya adalah Ahmad dahlan as-Simarani dan kemudian mereka ajarkan lagi kepada santrinya dan seterusnya.

b.      Ilmu Falak Pada Perkembangan Baru

Dengan berkembangnya ilmu falak di Indonesia dan juga para ahli ilmu Falak banyak sekali buku-buku  ilmu falak dengan  karya-Karyanya Antara lain Adalah Sebagai Berikut:
1.      Abdul faqih (Demak ),karyanya “Al-Kutub Falakiyah”
2.      Abdul falah ( Gresik) , karyanya “ Muzakarotul Hisab”
3.      Abdul badawi (Yogyakarta) , karyanya “ Hisab hakiki”

c.       Ilmu Falak Pada Perkembangan Lanjut

Dengan adanya data astronomis dari negara-negara maju, misalnya Almanak Nautika dari Amerika, Ephemeris dari Uni Soviet, dll yang menurut pengamatan para ahli falak, bahwa data yang disajikannya itu lebih akurat dibandingkan data yang ada sebelumnya, maka saadoe’ddin Djambek merupakan tokoh ilmu falak yang mempelopori perhitungan ilmu falak menggunakan data astronomis tersebut.
Buku Hisab Awal bulan Qamariyah karya Saadoe’ddin Djambek ini memuat cara pehitungan awal bulan dengan data Nautical Almanac. Perhitungannya menggunakan rumus-rumus ilmu ukur segitiga bola yang penyelesaiannya menggunakan daftar Logaritma.
Mengingatkan data Almanak Nautika itu hanya diterbitkan setiap tahun, sehingga apabila ingin melakukan perhitungan untuk dua tahun yang akan datang tentu mengalami kesulitan, sebab almanak nautika belum ada, kerena memang belum dikirim. Disamping itu ditemui kendala, yaitu seringkali pengiriman Almanak Nautika mengalami keterlambatan.
Untuk mengatasi kendala semacam itu, pada tahun 1975-an Abdur Rachim (lahir di Panarukan, 3 Pebruari 1935 M yang kemudian menjadi dosen di Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) mengembangkan ilmu falak yang ia peroleh dari gurunya (saadoe’ddin Djambek). Ia menyusun dua buah buku ilmu falak berjudul “Ilmu Falak” yang pertama kali diterbitkan oleh Liberty, Yogyakarta tahun 1983. Dan buku “Perhitungan Awal bulan dan Gerhana matahari” yang di kalangan ahli ilmu falak Indonesia dikenal dengan “Sistem Newcomb”.
Langkah perhitungan ilmu falak samapi periode itu dirasa panjang dan melelahkan, lagi pula buku Almanak Nautika sering terlambat datang. Oleh karena itu pada tahun 1993 Drs. H. Taufiq beserta putranya atas biaya Departemen Agama RI menyusun program software data astronomis yang dikenal dengan “ Hisab for Windows versi 1.0” yang hasilnya juga mirip dengan Nautical Almanac atau semacamnya. Kemudian pada tahun 1998, program ini di sempurnakan dan berganti nama menjadi “WinHisab versi 2.0” dengan hak lisensi pada badan hisab rukyah Departemen Agama RI. Di antara isi program ini adalah data astronomis (Ephemeris) matahari dan bulan untuk keperluan penghitungan pengukuran arah kiblat, waktu-waktu shalat, awal bulan, dan gerhana. Penghitungan yang menggunakan data dari program WinHisab ini dikenal dengan sistem ephemeris hisab rukyah atau sistem ephemeris.

d.      Ilmu Falak Pada Computer

Pada zaman sekarang ini muncualah program-program software yang menyiapkan sekaligus melakukan perhitungan, sehingga program ini di rasa lebih praktis dan lebih mudah bagi pemakainya. Program ini misalnya “Mawaqit” yang di program oleh ICMI Korwil Belanda pada tahun 1993, program “Falakiyah Najmi” oleh Nuril Fuad pada tahun 1995, program “Astinfo” oleh jurusan jurusan MIPA ITB Bandug tahun 1996. Dan masih banyak lagi lainnya.

Bagikan ke

Next
This is the most recent post.
Posting Lama
300x250

0 Response

© 2013 Steven sahid - All Rights Reserved
Back to Top